BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah
satu hal yang terpenting dalam kegiatan yang bersinggungan dengan aktivitas
mikrobiologi adalah proses sterilisasi. Tujuan utama dengan adanya adalah untuk
meminimalisir atau meniadakan potensi kontaminasi dari mikroba yang tidak
diinginkan. Kontaminasi yang timbul dari mikroba yang tidak diharapkan
dikhawatirkan dapat menghambat aktivitas dari mikroba yang ditumbuhkan atau
dapat membahayakan keselamatan dari pelaksana kegiatan tersebut. Metoda sterilisasi
yang dilakukan diupayakan berlangsung secara cepat dan dapat meminimalkan atau
menghilangkan potensi kontaminasi mikroba seefektif mungkin. Proses sterilisasi
yang tidak sempurna dapat menyebabkan munculnya kontaminasi mikroba baik yang
berasal dari peralatan tersebut atau kontaminasi mikroba dari lingkungan.
Sterilisasi merupakan usaha untuk membebaskan alat dari segala bentuk
kehidupan. Dalam melakukan suatu pekerjaan dalam praktek mikrobiologi sangat
dipengaruhi oleh kebersihan suatu alat yang digunakan sehingga perlu dilakukan
sterilisasi untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal pada saat melakukan
biakan murni yaitu hanya satu spesies mikroba yang berkembang (Anonim, 2011).
Maka
dari itu, perlunya praktikum ini dilakukan agar praktikum berikutnya tentang
mikroorganisme bisa lebih bisa mensterilkan alat yang akan digunakan.
1.2.
Tujuan
Mempelajari dan
mempraktekan proses sterilisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dekontaminasi adalah proses
menghilangkan atau membunuh mikroorganisme sehingga objek aman untuk ditangani,
tujuannya untuk melindungi praktikan yang melakukan percobaan menggunakan
bakteri atau semacamnya. Tiga metode umum dalam proses dekontaminasi yaitu
sterilisasi, desinfeksi dan sanitasi. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan
membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Pada prinsipnya
sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikrob) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka
panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sterilisasi secara fisik
dilakukan dengan cara pemanasan atau penyinaran. Pemanasan dapat dilakukan
dengan cara pemijaran, pemanasan kering, menggunakan uap air panas, dan
menggunakan uap air panas bertekanan (Agalloco, 2008).
Salah satu teknik sterilisasi
yang umum digunakan adalah metode sterilisasi menggunakan uap air panas
bertekanan atau menggunakan prinsip kerja autoclave. Suhu dan tekanan tinggi
yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan
yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya
untuk mesterilkan media digunakan suhu 121oC dan tekanan 15 lb/in2
(SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121oC atau
249,8 oF adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika
digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut
(sea level) air mendidih pada suhu 100oC, sedangkan untuk autoklaf
yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan
memdididh pada suhu 121oC. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk
sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka
pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada
ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai
suhu 121oC untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati
jika dididihkan pada suhu 121oC dan tekanan 15 psi selama 15 menit
(anonim, 2011).
Cara-cara sterilisasi
dan desinfeksi yaitu pembersihan, sinar matahari, sinarultraviolet, sinar-x,
sinar-gamma, pendinginan, dan pemanasan. Macam-macam cara sterilisasi dengan pemanasan yaitu pemanasan dalam nyala api, pemanasan
dengan udara panas (dry heat oven), merendam dalam air mendidih
(menggodog), pemanasan dengan uap air yang mengalir, dengan uap air bertekanan
(autoklaf), dan cara sterilisasi benda-benda yang tidak tahan suhu tinggi,
misalnya pasteurisasi, tyndalisasi, dengan pengeringan, dengan penyaringan
( filtrasi), dan dengan menggunakan zat kimia (desinfektan) (Indan,
2003).
BAB III
METODE
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Jumat tanggal, 26 Februari 2016 pukul 08.00 – 09.30 WITA
di Laboratorium Kimia Teknologi Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah
Laut.
3.2.
Alat
Alat yang digunakan
pada praktikum ini adalah Autoklaf, Jarum Ose, Pinset, Bunsen, Mikro Pipet,
Cawan, Petri, Laminar, Kertas, Alkohol 70%.
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada
praktikum sterilisasi adalah :
a. Mensterilisasi
dengan Autoklaf
1. Dibersihkan
alat dengan tisu, lalu dibungkus dengan kertas.
2. Dicolokan
kabel Autoklaf ke stop kontak.
3. Dinyalakan
Autoklaf, diseting suhunya sampai 121oC
4. Dimasukan
alat ke dalam Autoklaf, diatur waktu sampai 15 menit, kemudian ditutup.
b. Mensterilkan
Jarum Ose menggunakan panas api.
1. Jarum
Ose disemprot dengan, alkohol 70%, dinyalakan api Bunsen.
2. Diletakan
Jarum Ose di atas api sampai berwarna pijar.
3. Diamkan
Jaru Ose sampai dingin baru bisa digunakan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Hasil
dari praktikum sterilisasi ini adalah prosedur kerja sebagai berikut:
a. Mensterilisasi
dengan Autoklaf
5. Dibersihkan
alat dengan tisu, lalu dibungkus dengan kertas.
6. Dicolokan
kabel Autoklaf ke stop kontak.
7. Dinyalakan
Autoklaf, diseting suhunya sampai 121oC
8. Dimasukan
alat ke dalam Autoklaf, diatur waktu sampai 15 menit, kemudian ditutup.
b. Mensterilkan
Jarum Ose menggunakan panas api.
4. Jarum
Ose disemprot dengan, alkohol 70%, dinyalakan api Bunsen.
5. Diletakan
Jarum Ose di atas api sampai berwarna pijar.
6. Diamkan
Jaru Ose sampai dingin baru bisa digunakan.
4.2
Pembahasan
Sterilisasi adalah suatu
proses dimana kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat
atau bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu bahanatau alat bisa
dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yangpatogen maupun
tidak, baik dalam bentuk vegetatif ataupun bentuk non-vegetatif (spora).
Proses sterilisasi dapat berjalan dengan baik
jika di dalam autoclave hanya terdiri atas uap air saja tanpa ada udara. Oleh
karena itu, udara yang ada di dalam autoclave harus dikeluarkan dahulu. Setelah
di dalam autoclave tidak ada udara lagi, uap air dibiarkan mengisi ruangan
sampai suhu mencapai 121°C. Setelah suhu tersebut tercapai masih diperlukan
waktu antara 11-15 menit untuk mematikan endospora bakteri yang tahan panas
yang ada di cawan petri.
̊ Dalam
praktikum ini Jarum Ose harus dibakar sampai berwarna pijar agar
Mikroorganisme yang ada pada jarum ose
bisa mati seluruhnya.
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Proses
sterilisasi harus dilakukan dengan suhu tinggi, atau dengan cara pembakaran.
Selama proses tersebut harus didiamkan dengan batas waktu tertentu agar
mikroorganisme yang terdapat pada benda bisa mati seluruhnya, setelah
dipanaskan harus didinginkan kembali sebelum pemakaian.
Sterilisasi menggunakan autoklaf ini
termasuk kedalam sterilisasi panas basah karena menggunakan uap air
bertekanan dalam proses mensterilkan bendanya. Sterilisasi basah ini dapat
digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air dan
tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110°C dan 121°C
contohnya cawan petri.
5.2.
Saran
Disarankan mahasiswa
agar lebih memperhatikan kesterilan alat sebelum digunakan ataupun tangan
setelah praktikum mikrobiologi nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Metode Sterilisasi,
http://rgmaisyah.wordpress.com/ metode-sterilisasi/. Diakses 3 Maret 2016.
James Agalloco, 2008, Validation of
Pharmaceutical Processes (electronic version), USA : Informa Healthcare
Inc.
Indan. 2003. Mikrobiologi
dan Parasitologi. PT. Citra Aditya Bakti; Bandung.Suriawira. 2005. Pengantar
Mikrobiologi Umum Angkasa. Bandung.
Yusriani, dr. 2008.Kumpulan Diktat Kuliah
Mikrobiologi.UIT;Makassar.
No comments:
Post a Comment