BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak
terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses
hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi
hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat
dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin
lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk Asam
lemak bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat
merugikan.Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun.
Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas
dalam minyak sawit. Kenaikan asam lemak bebas ditentukan mulai dari tandan
dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya
reaksi hidrolisa pada minyak . Asam lemak bebas terbentuk karena proses
oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan
pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan
rasa yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Timbulnya
racun dalam minyak yang dipanaskan telah banyak dipelajari. Bila lemak tersebut
diberikan pada ternak atau diinjeksikan kedalam darah, akan timbul gejala
diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna
pada pusat saraf dan mempersingkat umur (Anonim.2013)
1.2.Tujuan
Praktikum penentuan asam emak bebas ini bertujuan untuk menentukan kadar
asam lemak bebas dalam CPO.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Minyak Kelapa Sawit
Nama ilmiah dari kelapa sawit adalah Elaeis guinensis Jack. Kelapa sawit
berasal dari Nigeria dan Afrika Barat, tetapi ada juga yang menyatakan bahwa
kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal itu dikarenakan
kelapa sawit lebih banyak ditemukan di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika.
Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya,
seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis
Species : Elaeis
guineensis dan Elaeis oleifera
Minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati
lainnya. Dari aspek ekonomi, harganya relatif murah, selain itu komponen yang
terkandung di dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam. Dari aspek kesehatan
yaitu kandungan kolesterolnya rendah. Saat ini, telah banyak pabrik yang
memproduksi minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit dengan kandungan
kolesterol yang rendah (Fauzi, 2002).
Minyak sawit digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarine, butter, vanaspati,
shortening, dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan,
minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng lainnya,
yaitu mengandung karotein yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Di
samping itu, kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah
sehingga minyak goreng yang terbuat dari minyak sawit memiliki kestabilan kalor
(heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Olehkarena itu,
minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang
digoreng dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat tengik
Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang
ikatan molekulnya mudah dipisahkan dengan alkali, sehingga mudah dibentuk
menjadi produk untuk berbagai keperluan, seperti untuk pelumas mesin dalam
berbagai proses industri. Dengan kandungan kadar karotein yang tinggi, minyak
sawit merupakan sumber provitamin A yang murah dibanding dengan bahan baku
lainnya. Minyak sawit paling banyak digunakan sebagai bahan baku industri
pangan yang meliputi sekitar 12 macam bahan dari kelapa sawit, seperti
karotein, tokoferol, asam lemak, olein, mentega, sabun, dan sebagainya. Minyak
sawit dihasilkan dari proses ekstraksi bagian kulit atau sabut buah tersebut
disebut minyak mentah atau dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) dan dari bagian
biji buah disebut Palm Kernel Oil (PKO). Kedua jenis minyak mentah tersebut masih
mengandung bahan ikutan seperti asam lemak bebas, pospat, pigmen, bau, air dan
sebagainya. Biasanya proses ekstraksi minyak kelapa sawit ini dilanjutkan
dengan proses bleching (pemutihan) dan deodorizing (penghilang bau) agar minyak
tersebut menjadi jernih, bening dan tak berbau atau biasa disebut refined,
bleached and deodorized (RBD) stearin dan olein. (Ervantoto. 2012).
BAB III
METODE
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum penentuan kadar asam lemak
dilakukan pada hari senin, 19 Desember 2016 di Laboratorium Pengujian POLITALA.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan praktikum penentuan
kadar air ini adalah :Gelas beker, neraca analitik, erlenmenyer, hotplate,
pipet, buret, sampel CPO, NaOH, indikator PP.
3.3.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum penentuan
kadar air ini adalah :
1) Bahan diaduk merata dan dalam keadaan cair pada waktu
diambil sampelnya. Ditimbang sebanyak 10 gram dimasukkan didalam erlenmenyer
lalu ditambah 50 ml alkohol netral, dipanaskan setelah itu ditambah 2 ml
indikator PP.
2) Dilakukan titrasi dengan larutan 0,1 M NaoH yang telah
distandarisasi sampai tercapai warna merah jambu dan tidak hilang selama 30
detik dicatat volume titrasinya.
3) % ffa dinyatakan dengan rumus :
Asam Lemak % = X 100 %
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Dari praktikum penentuan kadar asam
lemak bebas kami mendapatkan hasil pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Data kadar asam lemak bebas
pada cpo
No
|
Sampel
|
Volume NaOH (ml )
|
Berat CPO ( gram )
|
FFA(%)
|
1
|
CPO 1
|
15
|
10
|
3,84 %
|
2
|
CPO 2
|
14,5
|
10,1
|
3,712 %
|
3
|
CPO 3
|
15
|
10,03
|
3,84 %
|
4.2.
Perhitungan
1.
CPO 1
Asam Lemak % = X 100 %
= X 100%
= 3,84 %
2.
Kadar minyak goreng
2
FFA % = X 100 %
= 3,712 %
3.
Kadar minyak
Jelantah 1
FFA % = X 100 %
= 3,84 %
\
4.3.
Pembahasan
Analisis kadar asam lemak bebas ini
kami menggunakan 3 CPO. Pertama kami untuk mengetauhi kadar asam lemak bebas ini
kita memerlukan indikator Pp, NaOH, dan alkohol panas. Adanya dibutuhkan NaOH
yaitu untuk titrasi sampai perubahan warna pada larutan, berubah warna menjadi
warna merah muda.
Yang pertama dilakukan yaitu dicampur
bahan dengan alkohol panas dan indikator Pp setelah itu dilakukan titrasi
dengan NaOH sampai larutan berwarna merah muda dan tidak berubah selama 30
detik, setelah kita dapat berapa volume NaOH yang telah digunakan naka kita
dapat menghitung seberapa besar kadar asam lemak pada sampel tersebut dengan
rumus :
Asam Lemak bebas %
= X 100 %
FFA atau asam lemak bebas adalah asam lemak yang
berupa asam bebas tidak terikat trigliserida, asam lemak bebas bisa dihasilkan
oleh proses hidrolisis dan oksidasi. Untuk mengetahui seberapa besar asam lemak
bebas perlu alkohol sebagai pelarut untuk CPO, karna CPO tidak bisa larut dalam
air, maka dari itu digunakan alkohol sebagai pelarut. Setelah itu adanya diberi
indikator PP ini sebagai indikator untuk mengetahui apakah bahan tersebut
bersifat asam atau basa, larutan alkohol dan minyak kelapa yang ditetesi
indikator PP lalu dititrasi dengan NaOH maka berubah warna menjadi merah muda,ini
menandakan bahwa larutan tersebut bersifat basa.
Titrasi menggunakan larutan NaoH
berfungsi untuk menentukan kadar asam lemak yang terkandung dalam CPO, semakin
besar jumlah NaOH yang digunakan maka semakin besar pula kadar asam lemak CPO
tersebut,sebaliknya semakin kecil jumlah NaOH yang digunakan maka semakin kecil
pula jumlah kadar asam lemak bebasnya. Semakin besar jumlah kadar asam lemak
bebas pada CPO ini akan merugikan bagi dunia sawit, asam lemak bebas terbentuk
selama dalam proses pengolahan dan penyimpanan, bila asam lemak bebasnya tinggi
ini akan berpengaruh pada rasa produk kedepannya. Untuk nilai standar asam
lemak bebas adalah 0,5% sedangkan nilai FFA sampel yang kita hitung adalah
3,84.% , maka sampel CPO yang kita hitung FFA nya belum memenuhi standar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Setelah praktikum penentuan kadar asam lemak kami
simpulkan bahwa kandungan ffa pada CPO yaitu 3,84%
5.2.
Saran
Setelah melakukan praktikum
penentuan kadar asam lemak, kami sarankan agar dalam mentitrasi sampel supaya
dikontrol volume NaOH nya agar tidak berlebihan karna itu akan berpengaruh pada
perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ervantoto.
2012. Analisa asam lemak.
diakses pada 25 desember 2016
Anonim.2013. Perhitungan Asam Lemak Bebas.
diakses
pada 25 desember 2016
No comments:
Post a Comment