Monday, February 6, 2017

agro industri ; PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk Asam lemak bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan.Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan asam lemak bebas ditentukan mulai dari tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak . Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Timbulnya racun dalam minyak yang dipanaskan telah banyak dipelajari. Bila lemak tersebut diberikan pada ternak atau diinjeksikan kedalam darah, akan timbul gejala diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna pada pusat saraf dan mempersingkat umur (Anonim.2013)
1.2.Tujuan
Praktikum penentuan asam emak bebas ini bertujuan untuk menentukan kadar asam lemak bebas dalam CPO.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak Kelapa Sawit
      Nama ilmiah dari kelapa sawit adalah Elaeis guinensis Jack. Kelapa sawit berasal dari Nigeria dan Afrika Barat, tetapi ada juga yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal itu dikarenakan kelapa sawit lebih banyak ditemukan di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis
Species : Elaeis guineensis dan Elaeis oleifera
Minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Dari aspek ekonomi, harganya relatif murah, selain itu komponen yang terkandung di dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam. Dari aspek kesehatan yaitu kandungan kolesterolnya rendah. Saat ini, telah banyak pabrik yang memproduksi minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit dengan kandungan kolesterol yang rendah (Fauzi, 2002).
Minyak sawit digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarine, butter, vanaspati, shortening, dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng lainnya, yaitu mengandung karotein yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Di samping itu, kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari minyak sawit memiliki kestabilan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Olehkarena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat tengik
Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang ikatan molekulnya mudah dipisahkan dengan alkali, sehingga mudah dibentuk menjadi produk untuk berbagai keperluan, seperti untuk pelumas mesin dalam berbagai proses industri. Dengan kandungan kadar karotein yang tinggi, minyak sawit merupakan sumber provitamin A yang murah dibanding dengan bahan baku lainnya. Minyak sawit paling banyak digunakan sebagai bahan baku industri pangan yang meliputi sekitar 12 macam bahan dari kelapa sawit, seperti karotein, tokoferol, asam lemak, olein, mentega, sabun, dan sebagainya. Minyak sawit dihasilkan dari proses ekstraksi bagian kulit atau sabut buah tersebut disebut minyak mentah atau dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) dan dari bagian biji buah disebut Palm Kernel Oil (PKO). Kedua jenis minyak mentah tersebut masih mengandung bahan ikutan seperti asam lemak bebas, pospat, pigmen, bau, air dan sebagainya. Biasanya proses ekstraksi minyak kelapa sawit ini dilanjutkan dengan proses bleching (pemutihan) dan deodorizing (penghilang bau) agar minyak tersebut menjadi jernih, bening dan tak berbau atau biasa disebut refined, bleached and deodorized (RBD) stearin dan olein. (Ervantoto. 2012).
















BAB III
METODE
3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum penentuan kadar asam lemak dilakukan pada hari senin, 19 Desember 2016 di Laboratorium Pengujian POLITALA.
3.2. Alat dan Bahan
            Alat dan bahan praktikum penentuan kadar air ini adalah :Gelas beker, neraca analitik, erlenmenyer, hotplate, pipet, buret, sampel CPO, NaOH, indikator PP.
3.3. Prosedur Kerja
            Prosedur kerja praktikum penentuan kadar air ini adalah :
1)      Bahan diaduk merata dan dalam keadaan cair pada waktu diambil sampelnya. Ditimbang sebanyak 10 gram dimasukkan didalam erlenmenyer lalu ditambah 50 ml alkohol netral, dipanaskan setelah itu ditambah 2 ml indikator PP.
2)      Dilakukan titrasi dengan larutan 0,1 M NaoH yang telah distandarisasi sampai tercapai warna merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik dicatat volume titrasinya.
3)      % ffa dinyatakan dengan rumus :
Asam Lemak  % = X 100 %












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
            Dari praktikum penentuan kadar asam lemak bebas kami mendapatkan hasil pada tabel dibawah ini :
            Tabel 1. Data kadar asam lemak bebas pada cpo
No
Sampel
Volume NaOH (ml )
Berat CPO ( gram )
FFA(%)
1
CPO 1
15
10
3,84 %
2
CPO 2
14,5
10,1
3,712 %
3
CPO 3
15
10,03
3,84 %
4.2. Perhitungan
1.      CPO 1
Asam Lemak  % = X 100 %
    =  X 100%
    = 3,84 %
2.      Kadar minyak goreng 2
FFA % =  X 100 %
    = 3,712 %
3.      Kadar minyak Jelantah 1
FFA % =  X 100 %
             = 3,84 %









\
4.3. Pembahasan
            Analisis kadar asam lemak bebas ini kami menggunakan 3 CPO. Pertama kami  untuk mengetauhi kadar asam lemak bebas ini kita memerlukan indikator Pp, NaOH, dan alkohol panas. Adanya dibutuhkan NaOH yaitu untuk titrasi sampai perubahan warna pada larutan, berubah warna menjadi warna merah muda.
            Yang pertama dilakukan yaitu dicampur bahan dengan alkohol panas dan indikator Pp setelah itu dilakukan titrasi dengan NaOH sampai larutan berwarna merah muda dan tidak berubah selama 30 detik, setelah kita dapat berapa volume NaOH yang telah digunakan naka kita dapat menghitung seberapa besar kadar asam lemak pada sampel tersebut dengan rumus :
Asam Lemak bebas  % = X 100 %
FFA atau asam lemak bebas adalah asam lemak yang berupa asam bebas tidak terikat trigliserida, asam lemak bebas bisa dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi. Untuk mengetahui seberapa besar asam lemak bebas perlu alkohol sebagai pelarut untuk CPO, karna CPO tidak bisa larut dalam air, maka dari itu digunakan alkohol sebagai pelarut. Setelah itu adanya diberi indikator PP ini sebagai indikator untuk mengetahui apakah bahan tersebut bersifat asam atau basa, larutan alkohol dan minyak kelapa yang ditetesi indikator PP lalu dititrasi dengan NaOH maka berubah warna menjadi merah muda,ini menandakan bahwa larutan tersebut bersifat basa.
            Titrasi menggunakan larutan NaoH berfungsi untuk menentukan kadar asam lemak yang terkandung dalam CPO, semakin besar jumlah NaOH yang digunakan maka semakin besar pula kadar asam lemak CPO tersebut,sebaliknya semakin kecil jumlah NaOH yang digunakan maka semakin kecil pula jumlah kadar asam lemak bebasnya. Semakin besar jumlah kadar asam lemak bebas pada CPO ini akan merugikan bagi dunia sawit, asam lemak bebas terbentuk selama dalam proses pengolahan dan penyimpanan, bila asam lemak bebasnya tinggi ini akan berpengaruh pada rasa produk kedepannya. Untuk nilai standar asam lemak bebas adalah 0,5% sedangkan nilai FFA sampel yang kita hitung adalah 3,84.% , maka sampel CPO yang kita hitung FFA nya belum memenuhi standar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
                Setelah praktikum penentuan kadar asam lemak kami simpulkan bahwa kandungan ffa pada CPO yaitu 3,84%
5.2. Saran
            Setelah melakukan praktikum penentuan kadar asam lemak, kami sarankan agar dalam mentitrasi sampel supaya dikontrol volume NaOH nya agar tidak berlebihan karna itu akan berpengaruh pada perhitungan.























DAFTAR PUSTAKA
Ervantoto. 2012. Analisa asam lemak.
            diakses pada 25 desember 2016
Anonim.2013. Perhitungan Asam Lemak Bebas.

diakses pada 25 desember 2016

No comments:

Post a Comment