Monday, February 6, 2017

bahan agroindustri ; PENENTUAN DENSITAS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
 Densitas adalah keseimbangan antara penguapan dan presipitasi, serta besarnya pencampuran antara air permukaan dan air di kedalaman. Secara umum, perubahan densitas tidak mempengaruhi proporsi relatif ion-ion utama. Konsentrasi ion-ion berubah dalam proporsi yang sama yaitu rasio ioniknya tetap konstan. Dengan pengecualian, terdapat variasi rasio kalsium dan bikarbonat yang relatif kecil karena keterlibatan unsur tersebut dalam proses biologi dengan rasio kalsium dan bikarbonat pada densitas adalah 0,5% dan 10-20% lebih bar dikedalaman dari pada dalam air permukaan (Anugerah 2000 : 32) Diagram T – S merupakan salah satu metode analisis suhu dan salinitas dalam mengidentifikasi serta mempelajari massa air laut dalam interaksi dan perpindahannya. Faktor densitas ( Sigma – T ) sebagai fungsi suhu dan salinitas. Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ? (rho). Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p). Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea Water):p = p(T,S,p) Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh Knudsen dan Ekman pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, dinyatakan dalam g cm-3. Penentuan dasar yang baru didasarkan pada data tekanan dan salinitas dengan kisaran yang lebih besar, menghasilkan persamaan densitas baru yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan Internasional (The International Equation of State : 1980). Persamaan ini menggunakan temperatur dalam oC, salinitas dari Skala Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal = 10.000 N m-2). Densitas dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3. Jadi, densitas dengan harga 1,025 g cm-3 dalam rumusan yang lama sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m-3 dalam Persamaan Keadaan Internasional. Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para oseanografer biasanya menggunakan lambang pt (huruf Yunani sigma dengan subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk menyatakan densitas air laut. dimana pt = ? - 1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para oseanografer biasanya (seharusnya menggunakan satuan yang sama dengan p) (Anugerah 2000 : 32) Densitas rata-rata air laut adalah pt = 25. Aturan praktis yang dapat kita gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah: pt berubah dengan nilai yang sama jika T berubah 1oC, S 0,1, dan p yang sebanding dengan perubahan kedalaman 50 m. Perlu diperhatikan bahwa densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini mengakibatkan adanya konveksi panas. S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati) pendinginan terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer) saja, dimana akhirnya terjadi pembekuan (Lan J. Partridge 2002 : 3).
1.2.Tujuan
Praktikum penentuan densitas ini bertujuan untuk mengetauhi massa jenis minyak









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Densitas
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho). Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p). Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea Water):ρ = ρ(T,S,p). Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh Knudsen dan Ekman pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, ρ dinyatakan dalam g cm-3. Penentuan dasar yang baru didasarkan pada data tekanan dan salinitas dengan kisaran yang lebih besar, menghasilkan persamaan densitas baru yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan Internasional (The International Equation of State, 1980). Persamaan ini menggunakan temperatur dalam oC, salinitas dari Skala Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal = 10.000 N m-2). Densitas dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3. Jadi, densitas dengan harga 1,025 g cm-3 dalam rumusan yang lama sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m-3 dalam Persamaan Keadaan Internasional. Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para oseanografer biasanya menggunakan lambang σt (huruf Yunani sigma dengan subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk menyatakan densitas air laut. dimana σt = ρ - 1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan (seharusnya menggunakan satuan yang sama dengan ρ). Densitas rata-rata air laut adalah σt = 25. Aturan praktis yang dapat kita gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah: σt berubah dengan nilai yang sama jika T berubah 1oC, S 0,1, dan p yang sebanding dengan perubahan kedalaman 50 m . Pendinginan diperlambat akibat adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan air. Hal ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas maksimum tercapai. Seperti halnya pada temperatur, pada densitas juga dikenal parameter densitas potensial yang didefinisikan sebagai densitas parsel air laut yang dibawa secara adiabatis ke level tekanan referensi.Perlu diperhatikan bahwa densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini mengakibatkan adanya konveksi panas. · S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati) pendinginan terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer) saja, dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian kolam (basin) yang lebih dalam akan dipenuhi oleh air dengan densitas maksimum. · S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan diperlambat akibat adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan air. Hal ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelu densitas maksimum tercapai. Gelombang internal terbentuk akibat adanya perbedaan rapat massa atau densitas air laut dengan gaya pembangkit yang dapat berasal dari angin, pasang surut atau bahkan gerakan kapal laut. Densitas air laut dipengaruhi oleh tiga parameter yaitu salinitas, temperatur dan tekanan. Perbedaan densitas akan mengakibatkan air laut menjadi berlapis-lapis, dimana air dengan densitas yang lebih besar akan berada di bawah air dengan densitas yang lebih kecil. Kondisi ini akan menyebabkan adanya lapisan antar muka (interface) dimana jika terjadi gangguan dari luar (oleh gaya pembangkit yang ada) akan timbul gelombang antar lapisan yang tidak mempengaruhi gelombang di permukaan (Anugerah 2000 : 32) Gelombang internal ini tidak akan bisa kita lihat karena ia terjadi di lapisan dalam, namun dapat dideteksi dengan cara melakukan pengamatan atau pengukuran langsung piknoklin (lapisan dimana densitas air laut berubah secara cepat terhadap kedalaman) atau termoklin (lapisan dimana temperatur air laut berubah secara cepat terhadap kedalaman) dengan menggunakan sensor-sensor pengukuran temperatur dan salinitas air laut, kecepatan arus laut, atau peralatan akustik seperti sonar. Secara visual, ia baru bisa dilihat jika kita melakukan percobaan di laboratorium atau mengamatinya dari udara atau ruang angkasa dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh (remote sensing). Bagian terakhir inilah yang perlu kita garis bawahi dan mendapatkan perhatian lebih. Bagaimana sebuah fenomena alam yang dalam mengungkapkannya diperlukan teknologi yang canggih, sudah tertulis secara jelas dan eksplisit dalam Al-Quran sebelum teknologi itu ada. Diagram T-S, yang menggambarkan hubungan antara salinitas dan temperatur terhadap densitas air laut (harga densitas digambarkan dengan garis yang melengkung). sumber gambar: Descriptive Physical Oceanography. Persamaan tahun 1902 di atas akan memberikan harga salinitas sebesar 0,03o/oo jika klorinitas sama dengan nol dan hal ini sangat menarik perhatian dan menunjukkan adanya masalah dalam sampel air yang digunakan untuk pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun 1969 UNESCO memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar hubungan antara klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang dikenal sebagai salinitas absolut dengan rumus . Penelitian tentang prakiraan musim/iklim berkembang secara pesat. Tersedianya komputer yang canggih memungkinkan hitungan yang komplek dilakukan secara cepat dan tepat. Prakiraan musim, baik secara perwilayahan maupun global sedang berkembang, seperti di Australia oleh pusat-pusat Penelitian Biro Meteorologi. Sejumlah pusat kajian dan informasi iklim seperti Lembaga Kajian Internasional Prakiraan Iklim IRI, Badan Administrasi Atmosfer dan Kelautan NOAA, Pusat Cuaca Nasional NWC dan Pusat Kajian Nasional Atmosfer NCAR. Di Eropa seperti pusat prakiraan untuk jangka menengah ECMWF dan Pusat Hadley di Inggris untuk Penelitian. Kerugian selanjutnya menimpa sektor perikanan. Dimana kenaikan suhu air laut mengakibatkan alga yang merupakan sumber makanan terumbu karang akan mati dan juga terjadinya migrasi ikan ke daerah yang lebih dingin sehingga Indonesia akan kehilangan beberapa jenis ikan. Di sektor kehutanan, potensi kebakaran hutan semakin besar karena meningkatnya suhu udara. Sektor pertanian juga tidak ketinggalan terkena dampak. Perubahan iklim telah mengakibatkan menurunnya produksi hasil-hasil pertanian seperti beras, kacang-kacangan, jagung, dan banyaknya sawah yang tidak berproduksi (Anonim 2010 : 1). Densitas air laut normal akan bertambah terhadap kedalaman. Jika densitas permukaan air lebih tinggi daripada densitas air di bawahnya maka akan terjadi kondisi gravitasi tidak stabil dan air permukaan akan turun atau tenggelam. Di daerah kutub, densitas permukaan air dapat berubah dengan dua cara : 1. Dengan pendinginan langsung baik jika es bersentuhan dengan air atau jika angin dingin melewati es. 2. Dengan pembentukan es laut yang mengekstrak air dan melepaskan air laut dengan salinitas tinggi dan densitas yang bertambah. Sebelum perkembangan teknologi satelit, sulit untuk untuk mengamati perubahan temperatur permukaan laut suatu daerah yang luas secara musiman. Dengan adanya satelit dengan sensor infra merah, memungkinkan pengukuran perubahan temperatur permukaan laut musiman dan tahunan dalam skala global. Sensitivitas dan ketepatan pada sensor adalah dalam orde 0,1 derajat celcius atau lebih baik dan ketepatannya bertambah tiap waktu dengan adanya koreksi untuk faktor-faktor seperti kondisi permukaan laut dan jumlah air yang menguap ke atmosfer (Anugerah 2002 : 46). Adapun beberapa factor yang mempengaruhi suhu air laut: 1. Sinar matahari 2. Kedalaman 3. Iklim 4. Curah hujan 5. Pengaruh angin 6. Arus dan pasang surut Secara alami suhu air permukaan memang merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi sinar matahari pada siang hari karena kerja angina, maka lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50-70 meter terjadi pengadukan, hingga dilapisan tersebut terdapat suhu hangat sekitar 28 derajat Celsius yang homogen. Karena adanya pengaruh arus dan pasang surut, lapisan ini bias menjadi lebih tebal lagi. Penguapan adalah mekanisme utama dimana laut kehilangan panasnya yaitu sekitar beberapa megnitud dibandingkan yang hilang melalui konduksi dan pencampuran konvektif. Penguapan, kondensasi dan presipitasi bukanlah satu-satunya mekanisme transfer air di sepanjang lapisan udar-laut. Seperti cairan, permukaan luar laut dicirikan oleh kekuatan intramolekul yang menyebabkan tegangan permukaan. Tegangan permukaan air laut lebih mudah lemah dibandingkan tegangan permukaan air tawar sehingga air laut lebih mudah pecah menjadi busa bila diganggu oleh gelombang permukaan lapisan dan juga menyimpan gelembung-gelembung (Kanginan 2000 : 111). Gelembung udara naik kie permukaan dan pecah memasukkan tetesan-tetesan dengan variasi ukuran ke atmosfer brsama dengan garam terlarut, gas dan partikulat dimana didalamnya terdapat air. Sebagian unsur-unsur tersebut kemudian dikembalikan ke permukaan bumi oleh presipitasi seperti yang ditunjukkan oleh pengurangan kandungan klorida dalam air hujan dengan bertambah jauhnya dari pantai. Tetesan terkecil yang masuk ke atmosfer disebut aerosol. Aerosol tersebut membawa air, garam terlarut dan bahan organik dari permukaan laut. Aerosol dapat dibawa ke atas dan terdispersi di atmosfer. Bila menguap, partikel garam dan zat lainnya yang terdispersi akan bertindak sebagai inti kondensasi untuk pembentukan awan dan hujan (Nyabakken 2002 : 23). Panjang gelombang yang lebih pendek atau rendah yang dekat warna biru dalam spektrum visibel, menembus lebih dalam dibandingkan panjang gelombang yang lebih tinggi atau jauh. Radiasi infra merah adalah yang pertama diserap diikuti merah dan seterusnya. Energi total yang diterima pada kedalaman yang tertentu diwakili oleh daerah di bawah kurva untuk 100 m dan air permukaan menunjukkan bahwa hanya1/50 dari energi datang yang mencapai 100 m. Semua radiasi infra merah diserap dalam daerah satu meter dari permukaan dan hampir setengah total energi matahari tersebut diserap dalam 10 cm daerah permukaan. Penetrasi juga tergantung pada transparansi air yang tergantung pada jumalah materi yang tersuspensi (Depdikbud 1994 : 31). Konduksi terjadi sangat lambat sehingga hanya sebagian kecil panas yang dipindahkan ke bawah melalui proses ini. Mekanisme utamaq adalah pencampuran olakan oleh angin dan gelombang yang menghasilkan lapisan permukaan tercampur (atau juga disebut lapisan campuran) dengan ketebalan 200-300 m atau lebih di lintang tengah, di laut terbuka pada musim dingin dan minimun setebal 10 m atau kurang di daerah perairan pantai yang terlindungi di musim panas. Pada kedalaman antara 200-300 m dan 1000 m, temperatur akian turun dngan cepat. Daerah ini dikenal sebagai termoklin permanen, dibawah 1000 m menuju lantai laut tidak mengalami variasi musiman dan temperatur turun perlahan antara 0oC dan 3oC . Suatu perairan homogen ( densitas dan suhu sama )dan tenag, biasanya bila mengalami pemanasan maka distribusi suhu secara vertikal akan menurun secara eksponensial. Apabila tidak ada gangguan di bawah lapisan homogen terdapat lapisan termoklin. Lapisan termoklin ini adalah dimana suhu menurun cepat terdapat kedalaman karena suhu ini menyebabkan densitas air meningkat maka lapisan termoklin ini merupakan pola daerah perlonjakan kenaikan densitas yang sangat mencolok. Perubahan densitas ini sangat diperkuat lagi karena densitas sering meningkat dengan cepat. Akibatnya air disebelah atasnya tidak dapat bercampur dengan lapisan air dibawahnya. Termoklin musiman terbentuk pada musiman semi dan maksimum (dengan laju perubahan temperatur trbesar terhadap kedalaman atau gradien temperatur paling tajam) pada musim panas. Termoklin tersebut terbentuk di kedalaman beberapa meter dengan lapisan campuran yang tipis di atasnya. Termoklin diurnal dapat terbentuk dimsnspun asal terdapat cukup pemanasan disiang hari walaupun kedalaman hanya mencapai 10-15 m, dan perbedaan temperatur biasanya tidak mencapai 1-2 derajat celcius. Singkatnya, dengan mengabaikan musim dan variasi diurnal, termoklin permanen membuat laut sebagai suatu kesatuan yang dibagi menjadi tiga lapisan utama yaitu : Ketebalan lapisan atas yang hangat dan termoklin permanen lebih tipis di lintang rendah dibandingkan di intang tinggi karena angin di lintang rendah biasasnya lebih lemah dan temperatur musiman lebih kecil. Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21 (Kanginan 1999 : 54). Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada.Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai (Rizki. 2012).



















BAB III
METODE
3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum penentuan kadar asam lemak dilakukan pada hari selasa, 5 April 2016 di Laboratorium Kimia POLITALA.
3.2. Alat dan Bahan
            Alat dan bahan praktikum penentuan densitas ini adalah : Piknometer, neraca analitik, termometer, basko, gelas beker, minyak goreng, air.
3.3. Prosedur Kerja
            Prosedur kerja praktikum penentuan densitas ini adalah :
1.      Piknometer yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan.
2.      Ditimbang piknometer dan dicatat beratnya ( W 1 )
3.      Diisi piknometer dengan sampel minyak sampai tanda batas dan tutup tidak ada gelembung udara.
4.      Direndam piknometer didalam air selama 30 menit pada suhu 25 ̊ C.
5.      Diangkat dan dibersihkan kemudian ditimbang dicatat beratnya ( W 2 )
6.      Dilakukan hal sama pada sampel air, W 3 ( massa piknometer + air) – massa piknometer
7.      Kemudian dicari massa jenis zatnya dengan rumus ρ =












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
            Dari praktikum penentuan densitas kami mendapatkan bahwa W 1 = 21,72, W 2 = 44,44, W 3 = 24,78
           
4.2. Perhitungan
ρ =
ρ =
ρ = 0,9168
4.3. Pembahasan
            Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.Semakin tinggi massa jenis suatu benda maka semakin besar pula massa setiap volumenya.Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi akan memilih volume yang lebih rendah dari pada benda yang bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah. Satuan maassa jenis adalah kg/m3, massa jenis berfungsi untuk menentukan zat, zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satip zat berapapun massa nyaa berapa pun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.Rumus untuk menentukan massa jenis adalah massa benda dibagi volume benda tersebut sendiri.











BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
                Setelah praktikum penentuan densitas ini kami simpulakn bahwa densitas minyak adalah 0,9168.
5.2. Saran
            Setelah melakukan praktikum penentuan densitas ini kami sarankan agar ketika mengukur suhu air untuk merendam sampel supaya dikontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Rizki. 2012. Penentuan Densitas.
            http://destririzkiarifelia.blogspot.co.id/2012/09/-densitas-po.html
            Diakses pada 5 April 2016




No comments:

Post a Comment