Monday, February 6, 2017

agro industri praktikum kadar air

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan kandungan penting dalam bahan pangan termasuk makanan,semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan berrpolimer dan sebagainya. Sedangkan kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan pangan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan,karena air dapat mempengaruhi kenampakan tekstur dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalaam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi menyebabkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak,sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Purnomo,1995).
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Kandungan air bahan pangan bervariasi. Ada yang sangat rendah contohnya serealia, kacang-kacangan kering. Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari kadar air, konsentrasi larutan, tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang dan aktivitas air. Keberadaan air dalam bahan pangan selalu dihubungkan dengan mutu bahan pangan dan sebagai pengukur bagian bahan kering atau padatan. Air dalam bahan dapat digunakan sebagai indeks kestabilan selama penyimpanan serta penentu mutu organoleptik terutama rasa dan keempukan. Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya, dan hal ini sangat erat hubungannya dengan daya awet bahan pangan  tersebut. Hal ini merupakan pertimbangan utama dalam pengolahan dan pengelolaan  pasca olah bahan pangan. Analisa kadar air dalam bahan pangan penting untuk bahan pangan segar dan olahan. Analisa sering menjadi tidak sederhana karena air dalam bahan pangan berada dalam bentuk terikat secara fisik atau kimia dengan komponen bahan pangan lainnya sehingga sulit memecahkan ikatan-ikatan air tersebut. Pentuan kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, dan metode khusus. Namun, pada praktikum ini hanya dilakukan metode pengeringan dengan oven.
1.2. Tujuan
Praktikum penentuan kadar air ini bertujuan untuk mempelajari penentuan kadar air dengan metode pemanasan / gravimetri.

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
            Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia  H 2O : satu molekul  air tersusun atas dua atom  hidrogen  yangterikat secara kovalen  pada satu atom oksigen . Air bersifat tidak berwarna , tidak berasa  dan tidak berbau  pada kondisi standar, yaitu pada tekanan  100 kPa (1 bar) and temperatur  273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatupelarut  yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam ,gula , asam , beberapa jenis gas  dan banyak macam molekul organik. Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik . Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron , tereduksi menjadi gas H2dan ion hidrokida (OH–). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen  (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH– mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air.
            Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat “hidrofilik” (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat “hidrofobik” (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air. Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron yang (hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial positif (σ+) dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom hidrogen—yang berarti, ia (atom oksigen) memiliki lebih “kekuatan tarik” pada elektron-elektron yang dimiliki bersama dalam molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga berarti menarik muatan negatif elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-daerah di sekitar kedua atom hidrogen.Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami kepolarannya. Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan (non-soluble); air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan amat halus air dapat membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar molekul air. Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan permukaan protein yang bersifat hidrofilik; yaitu, permukaan-permukaan yang memiliki ketertarikan kuat terhadap air.
B. Bentuk dan Tipe Air dalam Suatu Bahan
Air yang terdapat dalam suatu bahan makanan terdapat dalam tiga bentuk:
Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel  dan intergranular dan pori-pori yang terdapat pada bahan. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada permukaan koloid makromolekulaer seperti protein, pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga terdispersi di antara kolloid tersebut dan merupakan pelerut zat-zat yang ada di dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air dengan kolloid tersebut merupakan ikatan hidrogen.
Air yang dalam  keadaan  terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya berifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku meskipun pada suhu 0̊ F. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan itu sendiri.  Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri.  Menurut derajat keterikatan air dalam bahan makanan atau bound water dibagi menjadi 4 tipe, antara lain :
Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air melalui suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar.  Molekul air membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein atau garam.
Tipe II adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air lain, terdapat dalam miro kapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni.
Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain.  Air tipe inisering disebut dengan air bebas.
Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni, dengan sifat-sifat air biasa.
C. Kadar Air Dalam Bahan Makanan
            Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan demikian dapat dibuat hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif.
Aktivitas air dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Aw      = ERH/100

Aw      = aktivitas air

ERH    = kelembaban relatif seimbang

Bila diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif pada hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air dan aktivitas air. Kurva ini sering disebut kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL). Setiap bahan mempunyai ISL yang berbeda dengan bahan lainnya. Pada kurva tersebut dapat diketahui bahwa kadar air yang sama belum tentu memberikan Aw yang sama tergantung macam bahannya. Pada kadar air yang tinggi belum tentu memberikan Aw yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini dikarenakan mungkin bahan yang satu disusun oleh bahan yang dapat mebgikat air sehingga air bebas relatif menjadi lebih kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang rendah.
D. Penentuan Kadar Air Dalam Bahan Makanan      
            Kadar air dalam makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara:
Metode Pengeringan (Thermogravimetri)
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jlaan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahannya antara lain:Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya. Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
Metode Destilasi (Thermovolumetri)
            Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air demgan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat campur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang dapat digunakan antara lain: toluen, xylen, benzen, tetrakhlorethilen dan xylol. Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak 75-100 ml pada sampel yang diperkirakan mengandung air sebanyak 2-5 ml, kemudain dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air lebih besar daripadazat kimia tersebut maka air akan berada dibagian bawah pada tabung penampung. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka banyaknya air dapat diketahui langsung. Alat yang dipakai sebagai penampung ini antara lain tabung Strak-Dean dan Sterling-Bidwell atau modifikasinya (Purnomo,1995).




BAB III
METODE
3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum penentuan kadar air dilakukan pada hari selasa, 1 Maret 2016 di Laboratorium Kimia POLITALA.
3.2. Alat dan Bahan
            Alat dan bahan praktikum penentuan kadar air ini adalah : Neraca analitik, gelas arloji, batang pengaduk, oven, penjepit besi, cawan porselin, tepung tapioka dan garam.
3.3. Prosedur Kerja
            Prosedur kerja praktikum penentuan kadar air ini adalah :
1)      Dioven cawan porselin pada suhu 105̊  C selama 30 menit.
2)      Dikeluarkan cawan porselin dari oven kemudian dimasukkan di vacum desikator
3)      Ditimbang cawan porselin
4)      Ditimbang sampel yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1 – 2 gram didalam cawan porselin.
5)      Lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 105̊ C selama 1,5 jam kemudian didinginkan didalam desikator lalu ditimbang
6)      Kemudian dipanaskan lagi didalam oven selama 15 menit, lalu didinginkan dan ditimbang kembali ( dilakukan hingga diperoleh berat konstan dengan selisih penimbangan kurang lebih 0,2 mg )
7)      Dihitung kadar air masing – masing bahan dengan rumus :
Kadar air % = X 100 %








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
            Dari praktikum penentuan kadar air pada tepung dan garam kami mendapatkan hasil pada tabel dibawah ini :
            Tabel 1. Data kadar air
Bahan
Massa awal
Massa dioven 1
Massa dioven 2
Massa dioven 3
Rata - rata selisih
kadar air (%)
Tepung
1,5471
1,4476
1,3525
1,3527
0,1944 mg
12,56
Garam
1,5232
1,5132
1,4933
1,4947
0,0228 mg
14,96


4.2. Perhitungan
1.      Kadar air tepung
% =  X 100 %
    =  X 100%
    =12,56 %
2.      Kadar air garam
% =  X 100 %
    = 14,96 %
4.3. Pembahasan
Dalam praktikum ini kami menggunakan sampel tepung dan garam, untuk dikurangi kadar airnya dengan perlakuan atau metode thermogravimetri atau pemanasan dengan mengguakan oven. Kami melakukan pengovenan 3 kali berturut – turut dan ditimbang setiap 1 kali pengovenan, hasilnya massa sampel – sampel kami tersebut berkurang disetiap pengovenan ( lihat tabel 1).                                                                                                                                                                                      Semakin luas permukaan sampel, maka akan semakin cepat (mudah) mengalami penguapan. Begitupun sebaliknya. Selain hal itu, terdapat pengaruh lain yang terjadi selama proses thermogravimetri. Pengaruh-pengaruh tersebut di antaranya: Suhu (makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat),  Kecepatan aliran udara pengering (semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin cepat), Kelembaban udara (makin lembab udara, proses pengeringan akan semakin lambat), Arah aliran udara (makin kecil sudut arah udara  terhadap posisi bahan, maka bahan semakin cepat kering). Untuk bahan-bahan yang memiliki kadar gula yang tinggi, pada saat pemanasan dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada permukaan bahan. Sehingga terlihat masih memiliki berat kering yang cukup tinggi.Selain itu perbedaan yang terjadi dapat disebabkan karena pengaruh alat-alatnya seperti timbangan analitik yang sulit stabil dan karena bahan yang digunakan sudah terkontaminasi dengan bahan lain ketika penyimpanan atau ketika berada dalam desikator.
Standar kadar air tepung maupun garam adalah dibawah 10 %, boleh diatas 10 % asalkan tidak lebih dari 15 %. Bila diatas 10 % maka binatang kecoa, kutu dan lain – lain akan mudah datang, untuk saran bila kadar air bahan sampai diatas 10 % maka emasannya tidak boleh lama – lama terbuka.




















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
                Setelah praktikum penentuan kadar air ini kami simpulkan bahwa kita bisa mengetauhi kadar air suatu bahan dengan cara gravimetri atau pemanasan. Kita dapatkan kadar air tepung sebesar 12,56 %, dan kadar air garam 14,96%.
5.2. Saran
            Setelah melakukan praktikum penentuan kadar air kami sarankan agar dalam menentukan waktu lamanya bahan itu dioven supaya harus benar – benar sesuai petunjuknya.
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo,1995. Analisis Air.
            Diakses pada 5 maret.
           


No comments:

Post a Comment